Tentang Din Nasir

Banyak yang bertanya, Mengapa Din Nasir?

Din Nasir, tuan rumah Refleksi AtepBale, adalah nama pena dari Mujtahidin yang lahir di sebuah kampung sederhana di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Sejak kecil, ia tumbuh dalam budaya yang menjunjung tinggi gotong royong, kebersahajaan, dan kasih sayang. Ayah dan ibundanya tercinta mengajarkan nilai-nilai itu bukan dengan banyak kata, melainkan dengan teladan dalam keseharian: menghargai sesama, menepati janji, bekerja dengan hati, dan berbagi apa yang ada untuk kebaikan bersama.

Demikian pula guru-guru dan ustaz yang membimbingnya selalu menanamkan pendidikan nilai moral sebagai penunjuk jalan menuju terang dalam menuntut ilmu dan mengamalkan pengetahuan. Ikhlas, yakin, istiqamah, sabar, dan syukur menjadi nilai utama yang diwariskan para guru sebagai benteng moral dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Dari lingkungan inilah ia belajar bahwa pendidikan bukan semata soal angka rapor atau gelar akademik, melainkan jalan untuk menyalakan kebaikan bagi kehidupan sesama.

Perjalanan Akademik dan Panggilan Hidup

Bagi Mujtahidin, seorang pendidik sejati adalah pamong: menuntun, mendampingi, dan berjalan bersama murid-muridnya menemukan nilai hidup mereka. Namun wajah akademik yang formal sering kali terasa terlalu kaku dan jauh dari generasi muda. Di era media sosial, bahasa yang berat sulit menjangkau hati anak-anak muda yang hidup dalam budaya serba cepat, ramah, dan terbuka. Maka lahirlah Din Nasir sebagai persona yang hangat, bersahabat, dan menjadi teman bagi siapa saja, khususnya generasi muda. Din adalah potongan dari nama akhir Mujtahidin, yang juga bermakna jalan hidup, nilai, moralitasNasir adalah nama ayahandanya yang secara harfiah berarti penolong atau pendukung. Din Nasir diharapkan menjadi wajah ramah yang mengajak generasi muda berbicara tentang nilai, pendidikan, dan masa depan dengan bahasa yang ringan namun mendalam. Ia tidak bermaksud menggurui, melainkan mengajak untuk belajar bersama, merefleksikan hidup, dan bergerak bersama dalam kebaikan.

Perjalanan akademik membawa Mujtahidin ke dunia pendidikan tinggi hingga menjadi akademisi di FKIP Universitas Trunojoyo Madura dengan bidang keahlian pembelajaran PPKn di sekolah dasar. Di ruang-ruang kelas, ia menemukan panggilan hidupnya: mendidik bukan hanya soal ilmu, tetapi juga menjaga nilai dan membentuk karakter generasi bangsa. Ia menyadari bahwa Pendidikan Pancasila di sekolah dasar memegang peran penting dalam membentuk warga negara yang berkarakter, berdaya saing, namun tetap berakar pada nilai-nilai luhur bangsa. Di era digital yang serba cepat, ia melihat perlunya jembatan nilai di tengah perkembangan teknologi yang kian pesat. Setiap orang harus mampu mengisi ruang-ruang digital dengan nilai, etika, dan karakter sebagai benteng peradaban masa depan. Keresahan ini mendorongnya melakukan berbagai penelitian tentang transformasi nilai-nilai Pancasila di era digital, blended learning, hingga lahirnya gagasan Direct Citizen Innovation sebagai kerangka pendidikan nilai yang relevan bagi generasi masa kini.

Refleksi AtepBale dan Sahabat Perjalanan Generasi Muda

Melalui Refleksi AtepBale bersama Hud-Hud Musa, Din Nasir menghadirkan ruang untuk merenung, berdialog, dan bertindak. Di sini, warga belajar bersama untuk menguraikan makna Lima Benih Kebaikan: Kejujuran dalam ucapan dan tindakan; Keteguhan dalam memegang prinsip kebenaran; Ketajaman dalam membaca zaman dan mengambil keputusan; Kesetiaan pada nilai dan perjuangan bersama; serta Kebijaksanaan dalam menghadapi perbedaan dan tantangan hidup. Benih-benih ini berakar pada nilai IRHAS: Inklusivitas, Respek, Harmoni, Aksi Reflektif, dan Solidaritas—sebagai kompas moral bagi generasi bangsa.

Din Nasir melihat bahwa masa depan pendidikan dan moralitas bangsa tidak bisa berhenti di ruang kelas. Nilai-nilai itu harus hadir di ruang digital, di mana generasi muda menghabiskan sebagian besar hidup mereka. Dari sinilah lahir berbagai inisiatif ekosistem Musa Foundation sebagai payung gerakan sosial-edukatif, serta DirectCitizen Movement untuk literasi digital dan kolaborasi warga. Melalui ekosistem ini, Din Nasir mengajak semua orang untuk terhubung dalam kebaikan dan bersama-sama membangun bangsa. Ia percaya bahwa pendidikan, nilai, dan teknologi bukanlah tiga hal yang terpisah, melainkan harus bersatu untuk melahirkan Generasi Emas Indonesia 2045—generasi yang cerdas secara intelektual, matang secara moral, dan bijak secara sosial-digital.

Bagi generasi muda, Din Nasir adalah kakak yang dapat mengerti dunia mereka: ngopi dan berbincang santai, berkolaborasi di ruang digital, menjadi penggerak aksi sosial, sekaligus sahabat perjalanan yang mengingatkan bahwa nilai dan moralitas adalah fondasi bagi kesuksesan sejati. Baginya, hidup ini adalah ladang. Apa yang ditanam hari ini akan dipetik oleh generasi esok. Karena itu, Din Nasir mengajak semua orang menanam benih-benih kebaikan, merawatnya dengan ilmu, aksi nyata, dan hati yang tulus.

Melangitkan Cinta, Membumikan Kemanusiaan

Bagi Din Nasir, melangitkan cinta berarti menghadirkan kasih sayang, ketulusan, dan nilai-nilai luhur yang bersumber dari kesadaran ilahiah—nilai yang menjadikan manusia bukan hanya makhluk rasional, tetapi juga spiritual. Namun cinta yang hanya terbang tinggi di awang-awang akan kehilangan makna bila tidak membumi dalam tindakan nyata. Karena itu, ia menegaskan perlunya membumikan kemanusiaan: menjadikan cinta itu nyata dalam bentuk kepedulian, solidaritas, gotong royong, dan aksi sosial yang menyentuh kehidupan sehari-hari.

Di ruang Refleksi AtepBale, gagasan ini menjadi jembatan antara langit nilai dan bumi realitas—antara idealisme dan aksi nyata—agar setiap warga belajar menatap masa depan dengan hati yang bening sekaligus tangan yang bekerja untuk sesama. Melangitkan cinta dalam pengetahuan dan doa, membumikan kemanusiaan dalam tindakan nyata yang menguatkan sesama. Dari sinilah peradaban yang dibimbing oleh nilai moral dapat tumbuh dan kita jaga bersama. Mari bersama, terhubung dalam kebaikan, bersama membangun bangsa.

— Din Nasir

Kontak: mujtahidin@trunojoyo.ac.id; dinnasir@musa.or.id