Nazam Alfatih #1

,

Bersinar lentera di rumah cahaya,
Menyapa jiwa di tengah pusara,
Nilai Pancasila suluh pusaka,
Arahkan langkah cita madani nusantara.

Iman dan ilmu jadi pijakan,
Amal dan cinta menyubur kesadaran,
Kemanusiaan tegak, terhampar keadilan,
Kebijaksanaan hadir, kebersamaan sandaran.

Gemerlap zaman penuh kecerdasan,
Algoritma riuh di ruang kehidupan,
Kompas nilai sebagai pedoman,
Agar peradaban tak kehilangan jalan.

— Din Nasir

Kita bicara cepat melebihi detak,
namun sepi hati menutup jejak.
Cahaya layar gemerlap gemilang,
tapi jiwa retak bila peduli hilang.

Jangan biarkan nurani tenggelam,
di balik pesan ada jiwa yang dalam.
Berhenti sejenak, lakukan sepenuh cinta,
martabat lahir dari rasa, bukanlah angka.

Gunakan teknologi sebagai sahabat,
bukan tuan yang menyeret ke sesat.
Jika nilai jadi suluh di tangan,
peradaban digital berlandas kemanusiaan.

— Din Nasir

Di layar bercahaya wajah-wajah berlari,
Namun di sudut sunyi ada mata yang menanti.
Riuh zaman membawa kita jauh sekali,
Padahal arah pulang tersembunyi di hati.

Tataplah sejenak, dengar denyut yang rapuh
Cahaya empati janganlah sampai luruh.
Bila layar menipu dengan kilau yang semu,
Nilai kemanusiaan kompas pemandumu.

Fajar Nusantara membuka asa,
Menyongsong masa depan seia-sekata,
Nilai berpadu menuntun makna,
Warisan bangsa untuk semesta raya.

— Din Nasir

Pertanyaan Reflektif:


Nazam memberi suara pada rasa, tapi kita juga perlu kejernihan konsep. Setelah suara hati, kini saatnya menata pikiran dengan kerangka nilai.
👉 Lanjut ke Bayan: Menjernihkan Konsep & Wawasan

Bersinar lentera di rumah cahaya,
Menyapa jiwa di tengah pusara,
Nilai Pancasila suluh pusaka,
Arahkan langkah cita madani nusantara.

Iman dan ilmu jadi pijakan,
Amal dan cinta menyubur kesadaran,
Kemanusiaan tegak, terhampar keadilan,
Kebijaksanaan hadir, kebersamaan sandaran.

Gemerlap zaman penuh kecerdasan,
Algoritma riuh di ruang kehidupan,
Kompas nilai sebagai pedoman,
Agar peradaban tak kehilangan jalan.

— Din Nasir

Kita bicara cepat melebihi detak,
namun sepi hati menutup jejak.
Cahaya layar gemerlap gemilang,
tapi jiwa retak bila peduli hilang.

Jangan biarkan nurani tenggelam,
di balik pesan ada jiwa yang dalam.
Berhenti sejenak, lakukan sepenuh cinta,
martabat lahir dari rasa, bukanlah angka.

Gunakan teknologi sebagai sahabat,
bukan tuan yang menyeret ke sesat.
Jika nilai jadi suluh di tangan,
peradaban digital berlandas kemanusiaan.

— Din Nasir

Di layar bercahaya wajah-wajah berlari,
Namun di sudut sunyi ada mata yang menanti.
Riuh zaman membawa kita jauh sekali,
Padahal arah pulang tersembunyi di hati.

Tataplah sejenak, dengar denyut yang rapuh
Cahaya empati janganlah sampai luruh.
Bila layar menipu dengan kilau yang semu,
Nilai kemanusiaan kompas pemandumu.

Fajar Nusantara membuka asa,
Menyongsong masa depan seia-sekata,
Nilai berpadu menuntun makna,
Warisan bangsa untuk semesta raya.

— Din Nasir

Pertanyaan Reflektif:


Nazam memberi suara pada rasa, tapi kita juga perlu kejernihan konsep. Setelah suara hati, kini saatnya menata pikiran dengan kerangka nilai.
👉 Lanjut ke Bayan: Menjernihkan Konsep & Wawasan

Categories: ,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Nazam Alfatih #1

Nazam Alfatih #1

Bersinar lentera di rumah cahaya,
Menyapa jiwa di tengah pusara,
Nilai Pancasila suluh pusaka,
Arahkan langkah cita madani nusantara.

Iman dan ilmu jadi pijakan,
Amal dan cinta menyubur kesadaran,
Kemanusiaan tegak, terhampar keadilan,
Kebijaksanaan hadir, kebersamaan sandaran.

Gemerlap zaman penuh kecerdasan,
Algoritma riuh di ruang kehidupan,
Kompas nilai sebagai pedoman,
Agar peradaban tak kehilangan jalan.

— Din Nasir

Kita bicara cepat melebihi detak,
namun sepi hati menutup jejak.
Cahaya layar gemerlap gemilang,
tapi jiwa retak bila peduli hilang.

Jangan biarkan nurani tenggelam,
di balik pesan ada jiwa yang dalam.
Berhenti sejenak, lakukan sepenuh cinta,
martabat lahir dari rasa, bukanlah angka.

Gunakan teknologi sebagai sahabat,
bukan tuan yang menyeret ke sesat.
Jika nilai jadi suluh di tangan,
peradaban digital berlandas kemanusiaan.

— Din Nasir

Di layar bercahaya wajah-wajah berlari,
Namun di sudut sunyi ada mata yang menanti.
Riuh zaman membawa kita jauh sekali,
Padahal arah pulang tersembunyi di hati.

Tataplah sejenak, dengar denyut yang rapuh
Cahaya empati janganlah sampai luruh.
Bila layar menipu dengan kilau yang semu,
Nilai kemanusiaan kompas pemandumu.

Fajar Nusantara membuka asa,
Menyongsong masa depan seia-sekata,
Nilai berpadu menuntun makna,
Warisan bangsa untuk semesta raya.

— Din Nasir

Pertanyaan Reflektif:


Nazam memberi suara pada rasa, tapi kita juga perlu kejernihan konsep. Setelah suara hati, kini saatnya menata pikiran dengan kerangka nilai.
👉 Lanjut ke Bayan: Menjernihkan Konsep & Wawasan

Categories: ,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *